Tetap Bertahan Saat Pandemi, Pelaku UMKM di Bali Dobrak Penjualan Melalui Media Sosial
Beri dampak luar biasa, para pelaku usaha di Bali tak lantas diam begitu saja menunggu pandemi berakhir. Seperti yang telah dialami oleh Komang Lusi Damayanti, pelaku UMKM yang harus putar otak agar usahanya tidak lekas bangkrut. Lusi pun terjun ke ranah media sosial guna meningkatkan penjualan.
Dilansir dari laman Bisnis Bali, Lusi tidak menyangkal bahwa pandemi sangat berdampak terhadap usahanya yang bergerak di bidang fesyen. Kalau sebelum pandemi ia mampu menghasilkan omzet sampai Rp35 juta per bulan, setelah pandemi hanya kurang lebih Rp10 juta per bulan. Lusi mengaku tukang jahit langganannya sudah hampir 1,5 tahun berhenti memproduksi endek (pakaian ready to wear).
Tak tinggal diam, pengusaha perempuan asli Gianyar ini melakukan pemasaran produk secara online. Bahkan, ia pun sempat mengikuti kelas media sosial khususnya Instagram guna meningkatkan soft skill. Dalam wawancaranya ia juga menjelaskan hal itu dilakukan agar strategi yang digunakan tepat sasaran, mengingat target market usahanya yang berasal dari kalangan menengah ke atas. “Ikut kelas Instagram supaya mengerti bagaimana caranya agar kalau ada yang cari endek, akun saya muncul di atas,” imbuhnya.
Sebenarnya, penggunaan media sosial sebagai media pemasaran tidak asing bagi Lusi. Sebelumnya ia sudah pernah mempromosikan produknya melalui media sosial. Sehingga pada waktu itu pelanggan lebih banyak membeli endek melalui aplikasi ojek online daripada datang ke toko yang berlokasi di Jalan Buluh Indah, Denpasar.
Lusi menyebut kini produknya sudah tersebar sampai ke luar Bali, seperti Makassar, Pekanbaru, Yogyakarta, dan Jakarta. Endek asal Klungkung dan Gianyar ini dipatok dengan harga yang beragam sesuai dengan kualitas. Bahan biasa dipatok dengan harga yang sangat terjangkau bagi semua kalangan, yakni kisaran di bawah Rp500 ribu. Berbeda dengan kain dengan kualitas lebih bagus, harga mulai Rp500 ribu sampai Rp1,5 juta.
Sumber: Bisnis Bali (bisnisbali.com)